Langsung ke konten utama

Kendala Menggunakan Media Pembelajaran

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadikan perantara antara sumber dengan penerima dalam suatu pembelajaran, baik searah maupun dua arah. Contohnya seorang guru ceramah di depan kelas maka media yang dipakai adalah media audio. Guru memaparkan melalui LCD Proyektor maka media yang ia gunakan adalah media visual / grafis. Guru memberikan contoh sebuah peristiwa melalui pemutaran video yang disertai suara maka ia menggunakan media audio-visual.


Banyak permasalahan yang menyebabkan guru enggan memakai media yang efektif untuk pembelajaran, yang menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa. Adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah:

1.  Guru merasa repot
Guru yang hanya menyaksikan guru lain memakai media -misalnya alat peraga model rangka manusa- akan melihatnya sebagai sesuatu hal yang merepotkan. Namun jika disusuri lebih dalam, maka ketika pembelajaran berlangsung, seorang guru yang tidak memakai media justru kerepotan untuk menjelaskan struktur tulang manusia secara lengkap. Kalau guru merasa sulit membawa ke kelas, maka siswa bisa diajak langsung ke lab dimana model kerangka berada. Atau bisa meminta siswa untuk mengambilkan model kerangka dari tempat penyimpanan. Gitu aja kok repot.

2. Mahal
Sekarang ini banyak dijual media-media pembelajaran yang menarik. Media yang dijual ini biasanya telah terbundel dalam satu kit tertentu misalnya kit matematika. Tidak dijual secara terpisah sehingga harganya relatif mahal. Untuk sekolah dengan sumber dana minim mungkin dirasa berat. Namun guru harus kreatif dan pantang menyerah pada keadaan. Seorag guru telah berhasil menciptakan model cara kerja jantung hanya bermodal barang-barang bekas. Maka sebenarnya untuk masalah ini yang dibutuhkan oleh seorang guru adalah kereatif.

3.  Tidak Bisa
Ada sebuah wabah yang menyerang sebagian guru-guru senior. Dalam survey tidak resmi yang saya gelar, dari 10 guru, 8 guru diantaranya terjangkit wabah TBC (tidak bisa komputer). Adapun untuk yunior, dari 10 guru yunior hanya 1 diantaranya yang TBC.
Media pembelajaran LCD proyektor harus didukung kemampuan guru untuk menyusun lembar presentasi antara lain menggunakan Ms. Powerpoint. Dalam 10 sekolah paling tidak telah ada 1 LCD proyektor yang pemakaiannya bisa bergilir untuk menampilkan gambar-gambar ataupun video pembelajaran. Namun fasilitas ini sia-sia belaka jika guru tidak bisa memanfaatkan media. Solusinya adalah jangan takut untuk belajar dan tidak ada kata terlambat untuk memulai. Hapuskan TBC!

4. Tidak Tersedia
Solusinya bisa mengadopsi point ke-2 di atas. Anggaran pendidikan 20% mestinya bisa tersebar merata dan tepat sasaran. Kalau sekarang per siswa (SD) didanai BOS kurang lebih Rp 20.000,- per bulan, bandingkan dengan sebelum ada program BOS per siswa hanya membayar Rp 5.000,- tiap bulan. Tentu ini bisa dijadikan cerminan sehingga usaha untuk mengadakan media bukanlah mimpi di siang bolong.

5.  Kurang Penghargaan
Jerih payah dan kerja keras seorang guru kadang-kadang tidak mendapatkan perhatian dari atasan. Bahkan kadang memerlukan pengorbanan, yakni membiayai pembuatan media murni dari kantong sendiri. Namun hal ini bukan suatu masalah apabila nurani Anda adalah seorang guru yang ikhlas mengajar demi pendidikan. Yakinlah bahwa Allah tidak akan diam saja. Alah telah menjanjikan setiap kali seorang guru mengajarkan satu bab ilmu (tidak hanya guru), maka telah dibukakan baginya pintu surga. Subhanallah, sungguh indah rasanya.
Seorang guru sejati akan bahagia manakala melihat anak didiknya memahami dan mengerti akan ilmu pengetahuan, bukankah tak ada urusan dengan penghargaan atasan. Penghargaan terbesar bagi guru adalah ketika melihat anak didiknya berhasil dan meraih prestasi terbaik, menjadi insan yang santun dan berpendidikan, beriman dan bertakwa.

Ahirnya, semoga anda termasuk guru yang merasa kurang sreg ketika mengajar tanpa media yang inovatif.

Komentar

  1. Bukan untuk merepotkan sob tapi lebih kearah menaikan skill dan kompetensi guru dalam mengajar kan malu kalo ada anak yang tanya Pak LCD Projector apa sih? sementara Gurunya hanya bengong tanpa bisa menjawab..... padahal S1 loh...
    semoga maklum...

    BalasHapus
  2. Thanks for explanation 🙏🏽

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar dan pendapat Anda. Ini sangat berarti bagi saya. Terimakasih.

Postingan populer dari blog ini

Download Formulir Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Pembayaran Tunjangan Keluarga (Form Model D.K)

Bagi pegawai negeri sipil, pengisian formulir Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Pembayaran Tunjangan Keluarga (SKUMPTK) merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya, yaitu sekitar bulan Oktober. Bagi calon pegawai negeri sipil (CPNS), pengisian formulir SKUMPTK perlu dilakukan untuk memasukkan anggota keluarga mereka yang belum mendapatkan tunjangan agar ketika menerima gaji kelak, anggota keluarga yang menjadi tanggungannya telah terbayar tunjangannya.  Formulir ini biasanya telah dipersiapkan oleh bendahara gaji di instansi masing-masing untuk diisi secara manual, diketik maupun ditulis menggunakan ballpoint, untuk kemudian difotokopi rangkap empat ditandatangani, cap instansi dan dikumpulkan.

Cara Mudah Hitung Nilai Ujian dan Rapot Menjadi Nilai Ijazah SD

Anda hendak menghitung nilai rata-rata rapor dari kelas 4 sampai kelas 6 dan nilai hasil ujian sekolah teori dan praktik? Jangan pakai kalkulator, bisa memakan waktu lama. Pakai saja Ms. Excel. Meskipun Anda belum mahir menggunakan program Ms. Excel, tapi dengan mendownload file contoh yang saya upload, insya Allah semuanya akan jadi mudah karena yang perlu lakukan adalah menginput data. Tidak perlu menyusun formula dan menghitung angka-angka yang panjang. dan semuanya akan masuk ke konsep ijazah. Awas! jangan merubah apapun pada sheet yang berwarna merah kecuali Anda memang faham formula dalam Ms. Excel.

Pembelajaran Tematik di Kelas Tinggi

Pembelajaran berbasis tematik pada kelas rendah (kelas 1 - 3) telah terbiasa dilakukan oleh guru semenjak diterbitkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Pembelajaran tematik bertolak dari anggapan bahwa peserta didik pada usia 6 hingga 9 tahun masih berfikir secara integral atau menyeluruh. Oleh karena itu pada usia tersebut (kelas 1 - 3) diterapkan pembelajaran tematik. Pada tahun 2013 kembali diluncurkan kurikulum baru, yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum yang baru ini, pembelajaran tematik diterapkan dari kelas rendah hingga kelas tinggi (kelas 1 hingga kelas 6). Bagi sebagian guru kelas rendah, pembelajaran tematik tentu sudah biasa meskipun ada sedikit penyempurnaan. Nah, bagaimana dengan pembelajaran tematik di kelas tinggi oleh guru kelas tinggi yang umumnya membagi materi ke dalam mata pelajaran?