Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kurikulum

Kurikulum Muatan Lokal untuk Masyarakat Pekalongan

Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan kurikulum yang disusun pada tingkat satuan pendidikan (sekolah). Penyusunan kurikulum ini melihatkan pihak-pihak antara lain guru, siswa, masyarakat dan kondisi lingkungan sosial budaya tempat sekolah berada. Kondisi lingkungan sosial budaya, didalamnya terdapat beraneka ragam kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat, diantaranya kebutuhan untuk hidup, kecakapan atau keterampilan untuk menjadi bekal serta pengembangan potensi sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan. Kebutuhan ini tentu harus dapat diakomodasi oleh satuan pendidikan dan dituangkan dalam kurikulum agar pelaksanaannya jelas dan terarah, misalnya dalam muatan lokal . Kabupaten pekalongan memiliki kondisi geografis yang bermacam-macam karena wilayahnya terbentang dari pantai hingga pegunungan. Kecamatan Siwalan dan Wonokerto berada di daerah pantai. Kecamatan Sragi, Wiradesa, Buaran, Tirto, Bojong, Karangdadap, Kesesi, Kedungwuni dan Wonopringgo berada di daerah dataran...

Model-model Pembelajaran Terpadu

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut Robin Fogarty (1991) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. 1.  Model Penggalan (Fragmented)  Model fragmented ditandai oleh ciri pmduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisa pada jam yang berbeda-beda.

Menengok KTSP

Lima tahun sudah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diluncurkan kehadapan para guru namun sepertinya pendidikan di lingkup sekolah dasar sepertinya tidak banyak berubah. Keterlibatan masyarakat dalam ikut menyusun kurikulum ini juga masih rendah. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendidikan di lingkungan sekitar sekolah dasar terutama di daerah pedesaan. Sumberdaya pendidik (Kepala sekolah dan guru) pun belum sepenuhnya mengoptimalkan kurikulum dengan mengevaluasinya di setiap tahun sehingga yang terjadi adalah kurikulum model dari BSNP yang copy paste tiap tahunnya.